Sebanyak 6.489 siswa lulusan SMP di Kab. Bandung Barat (KBB), tak bisa melanjutkan ke SMA/SMK yang ada di wilayah tersebut. Pasalnya, daya tampung SMA/SMK jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah lulusan SMP tahun 2010.

Lulusan SMP Negeri maupun swasta tahun ajaran 2009/2010 di KBB sebanyak 16.374 siswa. Sedangkan daya tampung SMA negeri sebanyak 3.952 siswa, SMA swasta 1.495 siswa, dan SMK negeri/swasta sebesar 4.438 siswa. Sehingga total daya tampung SMA negeri/swasta ditambah SMK sebanyak 9.885 siswa.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) KBB, Agus Maolana, Kamis (15/7) membenarkan, sebanyak 6.489 lulusan SMP tak bisa tertampung oleh SMA dan SMK yang ada di wilayah KBB. Lulusan SMP yang tidak tertampung di SMA dan SMK, masih bisa melanjutkan ke madrasah aliah (MA).

"Jika masih ingin melanjutkan sekolah yang ada di Kab. Bandung Barat, bisa masuk MA. Bagi yang ngotot ingin tetap melanjutkan ke SMA dan SMK dapat memilih sekolah yang ada di luar Kab. Bandung Barat," katanya.

Berdasarkan data dari Disdikpora KBB, lulusan SD TA 2009/2010 sebanyak 24.502 orang dan SMP 16.374 orang. Sementara jumlah SMA sebanyak 40 sekolah, 15 sekolah di antaranya berstatus negeri. Sedangkan jumlah SMK mencapai 37 sekolah, tiga di antaranya berstatus swasta.

Pemecahan masalah minimnya daya tampung, lanjut Agus, bisa dengan menambah ruang kelas baru maupun pembangunan SMA/SMK baru. Tahun anggaran 2010, Pemkab Bandung Barat belum mengalokasikan anggaran pembangunan SMA/SMK baru.

"Untuk tahun ini belum ada rencana penambahan ruang kelas dan pembangunan SMA/SMK baru. Insya Allah di tahun berikutnya akan kita alokasikan anggaran untuk penambahan ruang kelas baru ataupun pembangunan SMA/SMK baru," ungkapnya.

Lebih jauh diungkapkannya, kendati daya tampung dengan jumlah lulusan yang melanjutkan sekolah tidak seimbang, namun kondisi sekolah di perdesaan sebaliknya. Beberapa SMA di perdesaan, kuotanya masih belum terisi penuh. "Contohnya kuota SMAN Gununghalu sebanyak 192 siswa, tapi yang mendaftar hanya 182 siswa. Begitu pun di SMAN Cipongkor, dari 120 bangku sekolah yang disiapkan hanya terisi 116 siswa," tuturnya.

Berbeda dengan di daerah perkotaan seperti Padalarang, Batujajar, dan Ngamprah, yang peminatnya banyak tapi kuotanya terbatas. "Di Padalarang ada dua SMA negeri tapi karena penduduk di wilayah ini padat, tetap saja tidak bisa menampung lulusan SMP," tandasnya.

Terbatasnya kuota

Secara terpisah, Kabid SMA Disdikpora KBB, Rondang Okinda mengakui, jika banyak siswa lulusan SMP yang tidak tertampung di SMA/SMK karena keterbatasan kuota penerimaan.

Disdikpora akan melakukan penyisiran ke setiap kecamatan untuk melakukan pendataan, berapa sebenarnya siswa angkatan sekolah yang tidak bisa melanjutkan karena faktor ekonomi, keterbatasan kuota, dan jarak. "Di satu sisi ada sekolah yang kapasitasnya sudah penuh, tapi di sisi lain ada juga sekolah yang kapasitasnya belum terisi penuh seperti di Gununghalu, Cipongkor, dan Rongga. Sebab itu, dalam waktu dekat kami akan melakukan penyisiran ke 15 kecamatan," katanya.

Berbeda dengan lulusan SMP yang tidak banyak pilihan melanjutkan sekolah, ketika daya tampung SMA/SMK penuh. Bagi lulusan SD yang melanjutkan ke SMP lebih banyak alternatif. Selain melanjutkan ke madrasah tsanawiah (MI), juga bisa ke SMP terbuka maupun SMP satu atap. Daya tampung SMP negeri maupun swasta di atas 85 dari total lulusan SD.

HU.GALAMEDIA 16/07/2010